Alat Musik Tradisional DKI Jakarta (Betawi)

Kalau ingat Suku Betawi, tentu kita semua ingat Kota Jakarta. Memang Betawi adalah salah satu suku di Indonesia yang paling banyak tinggal di Jakarta. Ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa sebenarnya Suku Betawi itu bermula dari perkawinan antar etnis dan bangsa di zaman dulu, seperti Jawa, Sunda, Bali, Arab, Ambon, Melayu, Tionghoa, Bugis, dan Eropa. Jika dilihat secara biologis ternyata Suku Betawi itu memang keturunan dari campuran antara orang-orang yang dulu didatangkan oleh Belanda ke Jakarta. Dan sebenarnya mereka adalah pendatang namun sudah lebih dulu hidup di Jakarta.

Bicara soal seni budaya dan alat musik tradisional Betawi, sepertinya banyak hal-hal yang istimewa yang sering kita lihat. Dan yang lebih menarik untuk dibahas menurut saya adalah beberapa kesenian seperti orkes kesenian betawi, dibanding alat-alat musik tradisionalnya. Meskipun begitu saya akan coba simpulkan dengan singkat mengenai alat musik tradisional Betawi tersebut.

Banyak sekali jenis alat musik yang ada di Jakarta khususnya alat-alat musik tradisional Betawi. Ada yang namanya gambang, kromong, tehyan, gong, kempul, gendang, tanjidor yang merupakan perpaduan dari beragam alat usik lainnya yang berasar dari Eropa seperti tuba, klarinet, trompet, trombon, dan ditambah lagi dengan beberapa jenis drum, yaitu bass drum, tenor drum, dan senar drum, dan khusus alat musik tanjidor kelihatan lebih berkembang di pinggiran Betawi.

Gambang Kromong

Alat musik perpaduan unsur-unsur tionghoa dan pribumi (betawi) ini dimainkan dalam bentuk orkestra dan pada awalnya dibawa ke nusantara pada abad ke-18 oleh seorang pemimpin komunitas Tionghoa bernama Nie Hoe Kong. Perpaduan ini terlihat pada alat musik yang dimainkan, yaitu unsur Tionghoa (Tehyan, Kongahyan, Sukong) dan unsur pribumi (gambang, kromong, gendang, kecrek, gong).


Gambar 1 menampilkan beberapa alat musik yang dimainkan dalam orchestra gambang keromong. Istilah ‘Gambang Kromong’ itu sendiri diambil dari nama alat perkusi, yaitu gambang dan keromong. Lagu-lagu yang biasa dimainkan bersifat humoris, sindiran, dan keceriaan, seperti Jali-jali, Sirih Kuning, dan Lenggang Kangkung. Dewasa ini, orkestra gambang kromong sering dimainkan pada acara-acara kebudayaan dan festival bernuansa betawi.

Tanjidor

Tanjidor merupakan kesenian betawi yang sebagian besar terdiri dari perpaduan alat musik tiup. Sedikit berbeda dengan gambang kromong, tanjidor mendapat pengaruh kuat dari kesenian Eropa yang mulai dipopulerkan di nusantara pada abad ke-18 oleh bangsa Portugis.


Istilah Tanjidor itu berasal dari bahasa Portugis, yaitu  tangedor, yang berarti “alat-alat musik berdawai”. Tanjidor terdiri dari alat-alat musik, seperti klarinet, piston, trombon, dan saksofon. Kesenian ini sering dimainkan dalam upacara pernikahan dan penyambutan tamu agung.

Gambus

Kesenian yang identik dengan sebutan irama padang pasir ini mendapat pengaruh dari budaya Arab yang masuk ke Indonesia pada abad ke 19. Awalnya, alat musik gambus digunakan sebagai sarana berdakwah yang kemudian berkembang menjadi music pengiring kegiatan seremonial, seperti khitanan atau pernikahan.


Permainan alat music gambus sering dipadukan dengan alat music gendang, sehingga terbentuklah orkes gambus. Selain itu, orkes gambus juga sering menjadi musik pengiring tari zapin.

Keroncong Tugu

Sebagai salah satu kesenian yang berasal dari Jakarta Utara, Keroncong Tugu telah berkontribusi bagi perkembangan dan keberagaman bagi kesenian betawi.  Keroncong Tugu merupakan kesenian yang berbentuk orkes yang mulai dikenal sejak tahun 1661 dan dibawa oleh bangsa Portugis ke nusantara.


Nama ‘Tugu’ diambil dari sebutan nama suatu kampung di wilayah Cilincing, Jakarta Utara, dimana kesenian ini pertama kali dimainkan oleh warga Tugu. Adapun alat-alat music yang dimainkan, antara lain Biola, Cello, Mandolin,  Gitar, Cak, Rebana, Triangle. Informasi lebih lanjut mengenai Keroncong Tugu dapat dilihat di www.krontjongtoegoe.com.

Rebana Betawi

Alat musik rebana betawi memiliki banyak variasinya, antara lain Rebana Ngarak yang biasa digunakan saat arak-arakan pengantin, Rebana biang yang dimainkan saat pementasan, dan rebana jati yang digunakan saat upacara-upacara. Alat musik ini banyak mendapat pengaruh dari Arab dan alunan musik yang dimainkan umumnya bernuansa islami. Menurut fungsinya bagi masyarakat betawi tempo dulu, rebana menjadi alat musik kegembiraan dan kebanggaan.


Demikianlah beberapa alat musik yang menjadi ciri khas rakyat Betawi. Sampai saat ini kebudayaan Betawi yang bercampur dengan kebudayaan modern juga terus dikembangkan, seperti Lenong Betawi, Gamelan Topeng, dan lain sebagainya namun alat musik ini masih tetap setia digunakan. 

No comments for "Alat Musik Tradisional DKI Jakarta (Betawi)"